Thursday, March 02, 2006

Chapter 2

Chapter 2


TORIDODO
Pada zaman dahulu kala, kira-kira tahun 20 M, hiduplah seorang gadis cantik berambut warna-warni namun baunya berbau naujubileh bernama ‘TOTO’. Dia berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari pasangan hidup. Barang yang ia bawa-bawa hanyalah sebuah benda yang menyerupai kursi namun dengan lubang di tempat dudukannya dan tulisan TOTO di senderannya.
Pada suatu hari, ia bertemu dengan 2 orang pemuda gak ganteng-ganteng amat bernama Richard dan Doni. Walaupun mereka gak ganteng-ganteng amat dan hidungnya bertompel, mereka mampu membuat ‘TOTO’ termehe’-mehe’ dan bersedia menyerahkan benda kesayangannya. Setelah menyerahkan benda kesayangannya itu, ‘TOTO pun menyanyikan lagu ‘Hilang Permataku’. Karena ‘TOTO’ menyanyi tak henti-hentinya dengan suaranya yang ‘bau’, maka kedua cowok bertompel itupun sebel dan melemparkan 16 kilo kuaci ke mulut ‘TOTO’. Karena mulutnya gak muat, akhirnya rahang ‘TOTO’ semakin turun dan turun hingga akhirnya menyentuh tanah. Rahang ‘TOTO’ menyerupai sebuah gua dan membuat kedua cowok bertompel itu tak dapat menahan diri untuk melangkahkan kaki dan mulai mencari harta karun.
Richard dan Doni terus melangkah hingga akhirnya mereka menemukan sebuah termos ajaib berwarna merah muda dan dihiasi oleh batu kali yang tidak berkilauan.
Mereka menganggap benda itu tidak berguna dan membakarnya hingga kuping ‘TOTO’ berasap. ‘TOTO’ yang kepanasan, akhirnya mulai berlari mencari sambil menyeret mulutnya untuk mencari air dingin. Akhirnya ‘TOTO’ menemukan odol dan langsung menelan odol itu. Akhirnya Richard dan Doni yang masih ada di dalam mulut ‘TOTO’ menempel disana akibat odol itu. Kebetulan Richard dan Doni tadi pagi belum sempat sikat gigi, karena itu mereka mencolek odol itu dan mengoleskannya di gigi mereka hingga mulut mereka wangi. Setelah itu, mereka saling menghembuskan napas wangi mereka ke wajah teman mereka, Richard menghembuskan napasnya ke Doni dan Doni ke Richard. Mereka terus menerus seperti itu hingga efek odolnya menghilang, mulut mereka kembali bau amis, dan mereka pun mati kebauan.
Mayat mereka tersangkut di gigi ‘TOTO’ yang bolong, jadi ‘TOTO’ berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan mereka dengan tusuk gigi. Karena gigi ‘TOTO’ sangat rapuh, maka gigi ‘TOTO’ ikut tercongkel bersama dengan mayat-mayat cowok bertompel itu.
‘TOTO’ yang berlumuran darah berusaha untuk mencari dokter gigi.
Ketika ‘TOTO’ berjalan di pantai, ia bertemu dengan seseorang yang berteriak “SAYA ADALAH DOKTER GIGI, DOKTER ANAK, DOKTER HEWAN, DOKTERANDES, DOKTER PI-EM!!!” kepada laut dan membuat ‘TOTO’ tertarik. ‘TOTO’ pun mendekati orang itu, tapi orang itu malah menceburkan diri ke laut yang kelam. Laut itu kelam bukan karena dalam, melainkan karena ada peti yang super duper gede ditutup kaen item. ‘TOTO’ pun mengikuti orang itu ke dalam laut, tapi karena bahan dasar tubuh ‘TOTO’ adalah batu, maka ‘TOTO’ pun langsung tenggelam ke dasar laut yang paling dalam. Ternyata, di situ ‘TOTO’ menemukan tulisan ‘dokter gigi’ dengan tanda panah ke bawah. Dengan kekuatan terakhirnya, ‘TOTO’ pun mulai berusaha mengglai lebih ke dalam hingga akhirnya ia menemukan sebuah gubuk derita yang sudah reyot dengan papan besar bertulisakan ‘Dokter Gigi, man!’. ‘TOTO’ membuka pintunya, yang langsung copot dari engselnya, dan menemukan orang yang tadi berteriak-teriak di pantai.
Setelah memohon-mohon, akhirnya orang itu bersedia untuk mengobati ‘TOTO’ dan membawanya ke ruang praktek.
Di ruang praktek yang sangat minimalis itu, ‘TOTO’ menyandarkan kepalanya di bathtub yang super sempit. Lalu dokter itu mulai mempermak mulut ‘TOTO’ dengan menambahkan gigi palsu yang terbuat dari gigi hiu. ‘TOTO’ langsung pingsan karena giginya jadi naujubileh gedenya.
Lalu ia membunuh orang itu dan mayatnya diletakkan di peti besar yang tadi ia lihat.
Chapter 2 Tamat